Cerpen

Pulpen yang Hilang
                Suasana pagi hari di SD Mentari sangat ramai. Terlihat banyak murid yang sedang buru-buru untuk masuk kelas. Afi dan sahabatnya Mika sedang belajar di kelas mereka untuk ulangan harian IPA yang akan dilaksanakan pada jam pelajaran pertama.
“Duh, susah banget, ya Mik,” ujar Afi.
“Iya,nih, aku takut remedial deh,” balas Mika.
            Tak lama kemudian, terdengar suara bel dari speaker kelas yang menandakan bahwa kegiatan pembelajaran akan dimulai. “Mik, aku ke toilet dulu, ya,” kata Afi sambal berjalan keluar kelas. Sambil menunggu Afi, Mika pun bersiap-siap untuk mengikuti ulangan. Setelah ia membuka tasnya, Mika sadar bahwa tempat pensilnya tertinggal di rumah. Ia pun merasa panik, ia takut dihukum oleh gurunya karena tidak membawa alat tulis. Mika menoleh ke kiri dan ke kanan, mencari sebuah pulpen yang dapat ia pinjam. “Tapi kan kita tidak dibolehkan untuk meminjam alat tulis,” pikir Mika.
            Mika merasa sangat bingung. Ia melihat tempat pensil Afi yang tergeletak begitu saja di mejanya. Setelah dicek, ternyata Afi hanya membawa satu buah pulpen. Dengan disertai rasa panik, Mika pun mengambil pulpen satu-satunya Afi. Ia tidak memedulikan Afi yang akan dihukum.
            Tak lama kemudian, Afi kembali dari toilet. Ia tampak kebingungan saat membuka tempat pensilnya dan tidak menemukan pulpennya. “Mik, kamu lihat pulpen aku, gak? Kok tidak ada, ya?” ujar Afi dengan kebingungan. “Nggak, Fi, aku ga melihat pulpen kamu. Memang kamu taro mana?” kata Mika sambil berbohong. Saat itu juga, guru IPA mereka masuk ke dalam kelas. “Pagi anak-anak, kita langsung ulangan saja ya. Afi, kenapa kamu belum siap?” Afi pun menjelaskan bahwa pulpennya hilang secara tiba tiba.

            Akhirnya, Afi terpaksa tidak bisa mengikuti ulangan harian tersebut. Ia juga harus menanggung hukuman tidak membawa alat tulis. Melihat hal ini, Mika merasa sangat bersalah. Ia pun mengakui perbuatannya kepada Afi dan guru mereka. Mika pun dinasehati oleh Afi dan guru mereka. Ia berjanji tidak akan melakukan hal itu lagi. Sejak saat itu, Mika selalu memastikan bahwa ia membawa semua perlengkapan sekolahnya, ia juga tidak pernah lagi berbohong kepada Afi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi

Resensi

Resensi Buku